Conte Berperan Penting Pada Setiap Tim

Selain membantai Fiorentina, Antonio Conte juga berhasil menyamai catatan rekor yang telah diciptakan oleh pendahulunya Fabio Capello yang mampu membawa Juventus tidak mengalami satu kekalahan pun antara bulan November tahun dua ribu lima (2005) hingga Mei dua ribu enam (2006). Antonio Conte sendiri memang berpegang teguh pada prinsip dasar Catenaccio, yakni permainan defensif khas Italia. Pada tanggal dua puluh (20) bulan Maret tahun dua ribu dua belas (2012) berikutnya, Antonio Conte berhasil mencatatkan namanya sebagai pelatih pertama yang berhasil membawa Juventus mencapai babak final Piala Coppa Italia sejak terakhir kali Marcello Lippi melakukannya untuk klub berjuluk Si Nyonya Tua atau la Vecchia Signora pada tahun dua ribu empat (2004) kemarin. Dari sini bisa dilihat betapa sulitnya Juventus untuk bangkit seperti sekarang.

Selanjutnya pada tanggal dua puluh lima (25) bulan Maret tahun 2012 setelah Juventus mampu mengalahkan rival berat Internazionale Milan pada laga bertajuk Derby d'Italia dengan skor akhir telak dua kosong tanpa balas (2-0) dikandang sendiri, Juventus Stadium, Antonio Conte akhirnya mampu menjadi pelatih pertama yang bisa memenangkan dua buah gelar ditingkat domestik sejak Fabio Capello melakukannya dimusim 2005 hingga 2006 lalu. Memasuki bulan November tahun dua ribu dua belas (2012) berikutnya, Antonio Conte akhirnya memenangkan penghargaan Trofeo Maestrelli, sebuah penghargaan yang diberikan kepada tiga (3) orang pelatih terbaik asal Italia yang melatih tim profesional senior, tim junior, serta yang melatih diluar negara spaghetti tersebut. Jadi disini terlihat betul bakat seorang Antonio Conte yang mampu menangani klub sekaliber Juventus. Meskipun Juventus sendiri harus menjalani banyak sekali pertandingan sepanjang musim itu, namun pada tanggal enam (6) bulan Mei tahun dua ribu dua belas (2012) kemarin Antonio Conte sukses mengantarkan Juventus memenangkan gelar juara serie A Italia mereka yang ke-28 ketika kompetisi masih menyisakan satu pertandingan lagi setelah berhasil menghempaskan tim yang relatif lebih lemah Cagliari dengan skor akhir 2-0.

Setelah Juventus berhasil mengalahkan Atalanta dengan skor akhir tiga satu (3 - 1) pada pertandingan terakhir mereka dipentas serie A Italia musim itu, klub yang bermarkas di Juventus arena ini mampu menyelesaikan serie A dengan catatan tidak menelan satupun kekalahan sepanjang musim. Juventus pun menjadi tim pertama yang mampu melakukannya semenjak panggung serie A ini mengikutsertakan 20 tim dan 38 pertandingan secara keseluruhan per musimnya. Skema formasi inovatif tiga lima dua (3-5-2) yang diterapkan oleh Antonio Conte untuk Juventus yang mengutamakan pergerakan bek sayap serta dua gelandang bertahan diantara ketiga gelandang membuat Juventus memberikan kebebasan secara kreatif bagi gelandang baru mereka kala itu, Andrea Pirlo yang diangkut dari AC Milan yang juga merupakan figur kunci kesuksesan Juventus pada musim yang sama dan pernah mengantarkan tim nasional Italia menjuarai Piala Dunia dulu.

Selain itu Juventus juga memiliki tiga (3) orang bek belakang yang tidak hanya kuat namun juga sangat terorganisir dan terdiri dari trio BBC, Andrea Barzagli, Giorgio Chiellini, dan Leonardo Bonucci. Mereka juga dianggap sebagai pemegang kunci pada jalan menuju kesuksesan di serie A Italia kala itu. Gianluigi Buffon sendiri hanya kejebolan dua puluh (20) gol saja sepanjang musim, dan mendapatkan julukan sebagai tim dengan pertahanan nomor satu di Italia. dimusim itu lantaran klub yang kini diperkuat oleh Cristiano Ronaldo tersebut harus kalah dari tim yang juga tampil impresif, Napoli dengan skor akhir dua kosong (2-0). Ini adalah satu - satunya kekalahan yang dialami oleh Juventus ditingkat dalam negeri Italia dimusim itu dan tetap terbilang sangat baik.

Juventus yang dilatih oleh Antonio Conte saat itu juga mampu memenangi pergelaran serie A Italia musim dua ribu dua belas hingga dua ribu tiga belas (2012-2013) berikutnya dan mereka berhasil mengumpulkan poin hingga delapan puluh tujuh (87), tiga (3) poin lebih banyak ketimbang pencapaian mereka dimusim sebelumnya dan unggul sembilan (9) angka atas pesaing terdekat mereka Napoli serta lima belas (15) angka diatas AC Milan yang menduduki peringkat ketiga. Meskipun Juventus dibawah arahan Antonio Conte saat itu mampu menunjukkan dominasi mereka dipanggung serie A Italia, namun top skorer alias pencetak gol terbanyak yang dimiliki oleh klub berjuluk La Vecchia Signora atau Si Nyonya Tua kala itu adalah sang gelandang Arturo Vidal dan penyerang Mirko Vucinic yang masing-masing hanya berhasil mengumpulkan sepuluh (10) gol saja dan membuat keduanya bertengger diperingkat top skorer ke-23 kala itu. Pada perjalanan Antonio Conte yang pertama bersama degan Juventus, klub yang kala itu masih diperkuat oleh Gianluigi Buffon ini harus tersingkir oleh Bayern Munchen dibabak perempat final dengan skor agregat hingga empat kosong (4-0) tanpa balas. Bayern Munchen sendiri akhirnya melaju menjadi juara Eropa dan meraih treble dibawah arahan Jupp Heynckes dan terbukti dinding pertahanan Italia bukanlah apa-apa dihadapan Thomas Muller dan kawan-kawan.